Minggu, 07 Agustus 2016

HITAM

Aku Hening, Ku tatap sekeliling ku
Banyak hal terulang disana, ketika Roby mencium ku pertama kali, ketika Ibu tersenyum memandang ku dengan baju yang dijahit untuk ku, ketika abang tertawa sambil menyetir ketika kami makan malam diluar, ketika kakak ipar ku tersenyum melihat anak kedua lahir berjenis kelamin perempuan, ketika Garry dan Lydia tertawa menertawakan hidup. Aku tak pernah tahu rasanya mati, sampai hari ini. Ku lihat tangan ku ditusuk jarum yang selama ini ku hindari, aku tak pernah sakit parah selama 25 tahun, paling izin masuk kerja karena demam atau flu atau maag kronis ku sedang kambuh. 

Pukul 00.00 tanggal berganti menjadi 4 agustus, aku melihat tubuh ku berbaring dengan jarum dan selang selang membantu jantung ku tetap berdetak. Ku tatap Ibu duduk disamping ku sambil membacakan ayat ayat suci Al-quran dengan mata sembab, ku lihat abang duduk dikursi luar ruangan dengan kerutan lelah dimatanya disampingnya ada Roby berpura pura sibuk memegang handphone. Aku tak pernah ingin menyusahkan orang orang disekitar ku, aku selalu terlihat baik baik saja bahkan disaat Ayah meninggalkan ibu pun aku tetap berusaha baik baik saja padahal waktu itu bathin ku menjerit. Aku ingin Ayah pulang dan menyayangi ku selayaknya.

Aku menjadi hidup dengan cara pendendam, berusaha keras membantu Ibu dan Abang. Sampai aku menjadi seperti sekarang, Tuhan mengizinkan banyak hal terjadi dihidup ku bahkan mungkin kejadian 1 agustus kemarin adalah kehendak Tuhan. Seperti biasa aku memanaskan mobil sebelum berangkat dengan satu tangan memegang air putih dlm botol plastik yang biasa ku bawa, ku cium tangan Ibu yang tengah sibuk memberi makan kucing kesayangan ku. Aku berangkat tak lupa selalu membaca doa karna itulah yang jadi keyakinan ku seandainya aku tak selamat, biarkan aku meninggal dalam keadaan iman yang utuh. Traffic kendaraan dihari jumat biasanya mendadak lebih ramai, ku kemudikan mobil tua pemberian Abang dengan kecepatan sedang aku terus menyanyikan lagu Raisa – Let Me Be (I Do)

///Share your fears and wipe your tears to live in truth with you///

Tiba-tiba ada mobil terguling didepan ku, persis didepan ku aku terkejut tak bisa menghindar atau membanting setir, ku rasakan ada yang menghimpit diantara kursi pengemudi dan setir dan semuanya gelap…  ///Little did I know you’re about to take my breath away, when you take my hand, look right into my soul and say///

Aku berakhir diruang ICU dengan ruangan kaca diarah depan, aku melihat teman teman dan sahabat Ibu datang silih berganti, termasuk Roby dengan wajah lelah tak pernah absen mengunjungi ku memegang dan sesekali mencium jemari ku yang sudah terpasang cincin dijari manis, sesekali tak jarang Roby menyeka air matanya sembunyi sembunyi. Kemarin ku lihat kedatangan orang orang kantor menatap ku lirih dari kaca depan, Roby terlihat ramah, begitu juga Ibu hanya saja Ibu terkadang tak kuasa menahan air matanya. Ingin rasanya aku bangun tapi aku tahu aku akan berakhir seperti apa jadinya.

Tak sempat rasanya ku ucapkan terimakasih kepada Ibu untuk merawat ku selama hidup, untuk makanan lezat pembangkit selera. Tak sempat pula ku ucapkan terimakasih pada Abang karna selalu melindungi ku, untuk kakak ipar yang selalu membela ku ketika Abang mengomeli ku karna banyak hal. Apalgi tak sempat ku ucapkan betapa aku menyayangi dan mencintai keponakan ku yang tumbuh pintar, untuk Garry dan Lydia sahabat terbaik sepanjang usia dan terlampau suka menertawakan dunia dan untuk Roby yang tak pernah lelah memahami dan mengerti bahkan berkorban banyak hal. Aku berharap tak pernah dilupakan tapi aku sadar tak seberapa penting kita dikenang karna dilupakan adalah hal yang lumrah. Aku berharap Ibu, Abang, Garry, Lydia, Roby dan semua orang yang aku sayang mendapatkan hal yang terbaik.

Aku tahu mereka sudah tahu betapa bahagianya hidup ku selama ini dan aku pulang dengan keadaan iman yang utuh. Aku tidak pernah pergi, aku akan tetap hidup dihati siapa yang menginginkannya.
Aku tahu semuanya sudah dekat..
Mesin mesin itu mendadak berbunyi dan gelombang di salah satu mesin menjadi datar, diiringi wajah panik Abang dan Roby serta jeritan tangis ibu yang membelah keheningan subuh..

Assolatuhoiruminannaum, assolatuhoiruminan naum..
Allahuakbar, Allahuakbar la illahailallah..

#cerpenfiksi #ceritafiksi

3 komentar:

  1. Aduh sedihnyaaa :(
    Tapi ceritanya kurang panjang dikit nih.. Jadi sedihnya nanggung..
    Sisipin gambar juga biar orang ga bosen baca tulisan aja dan biar imajinasi pembacanya lebih konek sama ceritanya hehe

    BalasHapus
  2. Wah dikoment sama kakaks senior , terimakasih masukannya kak
    semakin rajin menulis nih kayaknyaa

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus