Banyak hal terulang disana, ketika
Roby mencium ku pertama kali, ketika Ibu tersenyum memandang ku dengan baju
yang dijahit untuk ku, ketika abang tertawa sambil menyetir ketika kami makan
malam diluar, ketika kakak ipar ku tersenyum melihat anak kedua lahir berjenis
kelamin perempuan, ketika Garry dan Lydia tertawa menertawakan hidup. Aku tak
pernah tahu rasanya mati, sampai hari ini. Ku lihat tangan ku ditusuk jarum
yang selama ini ku hindari, aku tak pernah sakit parah selama 25 tahun, paling
izin masuk kerja karena demam atau flu atau maag kronis ku sedang kambuh.
Pukul 00.00 tanggal berganti menjadi 4
agustus, aku melihat tubuh ku berbaring dengan jarum dan selang selang membantu
jantung ku tetap berdetak. Ku tatap Ibu duduk disamping ku sambil membacakan
ayat ayat suci Al-quran dengan mata sembab, ku lihat abang duduk dikursi luar
ruangan dengan kerutan lelah dimatanya disampingnya ada Roby berpura pura sibuk
memegang handphone. Aku tak pernah ingin menyusahkan orang orang disekitar ku,
aku selalu terlihat baik baik saja bahkan disaat Ayah meninggalkan ibu pun aku
tetap berusaha baik baik saja padahal waktu itu bathin ku menjerit. Aku ingin
Ayah pulang dan menyayangi ku selayaknya.
Aku menjadi hidup dengan cara
pendendam, berusaha keras membantu Ibu dan Abang. Sampai aku menjadi seperti
sekarang, Tuhan mengizinkan banyak hal terjadi dihidup ku bahkan mungkin kejadian
1 agustus kemarin adalah kehendak Tuhan. Seperti biasa aku memanaskan mobil
sebelum berangkat dengan satu tangan memegang air putih dlm botol plastik yang
biasa ku bawa, ku cium tangan Ibu yang tengah sibuk memberi makan kucing
kesayangan ku. Aku berangkat tak lupa selalu membaca doa karna itulah yang jadi
keyakinan ku seandainya aku tak selamat, biarkan aku meninggal dalam keadaan
iman yang utuh. Traffic kendaraan dihari jumat biasanya mendadak lebih ramai,
ku kemudikan mobil tua pemberian Abang dengan kecepatan sedang aku terus
menyanyikan lagu Raisa – Let Me Be (I Do)
///Share your fears and wipe your
tears to live in truth with you///
Tiba-tiba ada mobil terguling didepan
ku, persis didepan ku aku terkejut tak bisa menghindar atau membanting setir,
ku rasakan ada yang menghimpit diantara kursi pengemudi dan setir dan semuanya
gelap… ///Little did I know you’re about to take my breath away, when you take
my hand, look right into my soul and say///
Aku berakhir diruang ICU dengan ruangan
kaca diarah depan, aku melihat teman teman dan sahabat Ibu datang silih
berganti, termasuk Roby dengan wajah lelah tak pernah absen mengunjungi ku
memegang dan sesekali mencium jemari ku yang sudah terpasang cincin dijari
manis, sesekali tak jarang Roby menyeka air matanya sembunyi sembunyi. Kemarin
ku lihat kedatangan orang orang kantor menatap ku lirih dari kaca depan, Roby
terlihat ramah, begitu juga Ibu hanya saja Ibu terkadang tak kuasa menahan air
matanya. Ingin rasanya aku bangun tapi aku tahu aku akan berakhir seperti apa
jadinya.
Tak sempat rasanya ku ucapkan
terimakasih kepada Ibu untuk merawat ku selama hidup, untuk makanan lezat
pembangkit selera. Tak sempat pula ku ucapkan terimakasih pada Abang karna
selalu melindungi ku, untuk kakak ipar yang selalu membela ku ketika Abang
mengomeli ku karna banyak hal. Apalgi tak sempat ku ucapkan betapa aku
menyayangi dan mencintai keponakan ku yang tumbuh pintar, untuk Garry dan Lydia
sahabat terbaik sepanjang usia dan terlampau suka menertawakan dunia dan untuk
Roby yang tak pernah lelah memahami dan mengerti bahkan berkorban banyak hal.
Aku berharap tak pernah dilupakan tapi aku sadar tak seberapa penting kita
dikenang karna dilupakan adalah hal yang lumrah. Aku berharap Ibu, Abang,
Garry, Lydia, Roby dan semua orang yang aku sayang mendapatkan hal yang
terbaik.
Aku tahu mereka sudah tahu betapa
bahagianya hidup ku selama ini dan aku pulang dengan keadaan iman yang utuh. Aku
tidak pernah pergi, aku akan tetap hidup dihati siapa yang menginginkannya.
Aku tahu semuanya sudah dekat..
Mesin mesin itu mendadak berbunyi dan
gelombang di salah satu mesin menjadi datar, diiringi wajah panik Abang dan
Roby serta jeritan tangis ibu yang membelah keheningan subuh..
Assolatuhoiruminannaum, assolatuhoiruminan
naum..
Allahuakbar, Allahuakbar la illahailallah..
#cerpenfiksi #ceritafiksi
Aduh sedihnyaaa :(
BalasHapusTapi ceritanya kurang panjang dikit nih.. Jadi sedihnya nanggung..
Sisipin gambar juga biar orang ga bosen baca tulisan aja dan biar imajinasi pembacanya lebih konek sama ceritanya hehe
Wah dikoment sama kakaks senior , terimakasih masukannya kak
BalasHapussemakin rajin menulis nih kayaknyaa
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus